Oleh: Diana Lutfiana Ulfa
PGMI 7A (3217113025)
ABSTRAK
Modernisasi pendidikan Islam di Thailand yang berawal dari
pendidikan Pondok tradisional, berubah menjadi pondok modren, yang mengadopsi
sistem madrasah atau disebut juga sekolah Islam Swasta. Dua hal yang
menyebabkan terjadinya dinamika pembahuruan (modernisasi) dikalangan Pondok di
Thailand Selatan. Pertama tuntutan kemajuan dan perubahan zaman. Kedua
keikutsertaan Pemerintah Thailand untuk memasukkan mata pelajaran umum ke
Pondok. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Thailand Selatan yakni : Patani ,
Yala, Narathiwat, dan Sonkhla. Dua hal yang menyebabkan terjadinya pembaharuan
(Modernisasi) dikalangan Pondok di Thailand Selatan. Pertama tuntutan kemajuan
dan perubahan zaman, Kedua keikut sertaan pemerintah Thailand untuk memasukkan
mata pelajaran umum ke Pondok.
Kata
kunci: Modernisasi, Pendidikan Islam, Thailand
Kata
yang lebih dikenal dan lebih populer untuk pembaharuan ialah modernisasi. Dalam
masyarakat Barat kata modernisasi mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan
usaha untuk merubah faham-faham adat istiadat, institusi-institusi lama dan
sebagainya agar semuanya itu dapat disesuaikan dengan pedapat- pendapat dan
keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan modren. Fikiran dan
aliran itu timbul pada priode yang disebut Age of Reason atau Englightenment (masa akal atau masa terang) 1650 -1800 M.
Faham
ini mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat Barat dan segera memasuki
lapangan agama yang di Barat dipandang sebagai penghalang kemajuan. Modernisasi
dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan
ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu
pengetahuan dan filsafat modren. Aliran ini akhirnya membawa kepada sekularisme
di Barat.
Sebagian
besar kaum muda Muslim yang datang ke Barat sering kali memasuki lembaga Barat,
pengalaman mereka yang paling dekat adalah pendidikan, juga sebahagian besar
generasi muda Muslim yang tengah menempuh pendidikan dalam lembaga-lembaga
pendidikan modren didunia Islam sendiri meniru model Barat dan didirikan sejak
abad 13-19. Diberbagai negara Islam , dengan tujuan memperkenalkan ciri belajar
modren kepada kalangan muslim, karena penting untuk memahami lebih dalam lagi
tentang peran dan makna pendidikan serta lembaga- lembaga pendidikan di Barat
modren dan juga akar sejarah pendidikan Barat.
Menurut
Walyusah sebagaimana dikutip oleh Haidar, Thailand adalah salah satu dari
negara Asia tenggara yang apabila ditinjau dari sudut agama yang dianut oleh
penduduknya, mayoritas beragama Budha. Umat Islam adalah penduduk minoritas
dari jumlah keseluruhan penduduk Thailand, mayoritas umat Islam di Thailand
tinggal di wilayah Selatan Thailand, yaitu daerah yang disebut dengan Patani,
daerah ini meliputi propinsi Yala, Narathiwat, Patani, Setun dan sebagian Sonkhla,
dihuni oleh sekitar 5 juta jiwa yakni 8 % dari jumlah seluruh penduduk Thailand
yang berjumlah 65 juta jiwa. Diwilayah ini dihuni sekitar 85% masyarakat
muslim.
Masuknya
Islam ke Patani tidak bisa dilepaskan dengan masuknya Islam ke Asia Tenggara.
Rentetan penyiaran Islam di Nusantara ini merupakan satu kesatuan dari mata
rantai peroses Islamisasi di Nusantara. Hal ini tentu terkait dengan seputar
pendapat yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke Nusantara yang secara garis
besar dibagi pada dua pendapat yang mengatakan Islam masuk ke wilayah ini pada
abad ke tujuh Masehi dan langsung dari Arab dan pendapat yang mengatakan Islam
masuk ke Nusantara pada abad ketiga belas masehi berasal dari India. Sejalan dengan
masuknya Islam ke Thailand terjadilah peroses Islamisasi terutama di daerah
Thailand Selatan yaitu di Patani. Peroses Islamisasi ini tidak bisa dilepaskan
dari peranan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan yang berkembang adalah
pendidikan informal yaitu kontak informal antara mubaligh dengan masyarakat
setempat, selanjutnya ditindaklanjuti dengan munculnya pendidikan non formal,
dan terakhir pendidikan formal, yang diawali dengan pendidikan pondok dan
kemudian terjadi perubahan, dengan munculnya madrasah.
Pada jurnal
ini penulis akan membahas tentang modernisasi pendidikan Islam di Thailand yang
berawal dari pendidikan Pondok tradisional, berubah menjadi pondok modren, yang
mengadopsi sistem madrasah atau disebut juga sekolah Islam Swasta.
Modernisasi
berasal dari kata modern,yang berarti baru, kemudian dikembangkan
menjadi modernisasi yang berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai
warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Kata modern dan modernisasi sudah umum dipakai dalam masyarakat yang memberi
kesan penghargaan, kemajuan, perbedaaan dari hal yang lazim. Sidi Gazalba dalam
bukunya “Modernisasi
Dalam Persoalan, Bagaimana Sikap Islam.” menjelaskan kata-kata modernisasi dengan
secara rinci, dan menyimpulkan bahwa inti pengertian modren itu ialah: yang
baru, dan pengungkapan modernisasi disebut pembaharuan.
Menurut
Hasan Asari, ’Pembaharuan ‘merupakan terjemaham Indonesia untuk kata ‘tajdid’
(Arab)
atau ‘Modernization ‘(Inggris). Secara etimologis kata “Pembaharuan“ adalah kata jadian dari “Baharu” yang berarti proses membuat sesuatu yang lama
menjadi baru, yang berarti upaya memperbaharui pemahaman agama Islam dari
pemahaman lama kepada pemahaman baru, yang lebih sesuai dengan kondisi
sekarang. Selanjutnya Hasan Asari juga mengutip ungkapan Syafi’i Ma’arif yang
mengatakan bahwa pembaharuan adalah upaya intelektual Islam untuk menyegarkan
dan memperbaharui pengertian dan pemahaman umat Islam terhadap agamanya dalam
berhadapan dengan perubahan dan pengembangan masyarakat.
Pendidikan
dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan sebagai “proses pengubahan sikap
dan tata laku seseoarang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.“Demikian juga Fadhil al-Djamili dalam definisinya mengenai pendidikan Yaitu
upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan
berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga
terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik yang berkaitan dengan akal, perasaan
maupun perbuatan. Sedangkan Al-Thoumy Al-Syaibani mendefinisikan pendidikan sebagai proses
mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi ,masyarakat dan alam
sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi
diantara berbagai profesi azasi dalam Islam.
Masuknya
agama Islam ke Selatan Thailand (Patani) tidak bisa dilepaskan dengan masuknya
Islam ke Asia tenggara. Rentetan penyiaran Islam di Nusantara ini merupakan
satu kesatuan dari mata rantai peroses Islamisasi di Nusantara. Hal ini tentu
terkait dengan seputar pendapat yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke
Nusantara yang secara garis besar di bagi pada dua pendapat, yakni pendapat
yang mengatakan Islam masuk ke wilayah ini pada abad ke tujuh Masehi dan
langsung dari Arab dan pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Nusantara pada
abad ketiga belas Masehi berasal dari India.
Sebagai
bukti awal yang bisa ditunjukkkan tentang kedatangan Islam ke Patani adalah
pada tulisan bertarikh 4 Rajab tahun 702 H. bersamaan dengan 22 Februari 1387.
Ada juga batu nisan di Champa yang bertarikh 1039, sedangkan di semenanjung
Tanah Melayu ditemukan batu nisan seorang wali Allah keturunan Arab bertarikh
1029 (419 H) ditemukan di Pihan, Pahang.
Sejarah
awal Patani diperkirkan muncul pada tahun 1390. Raja Islam pertama Kerajaan
Patani adalah Sultan Isma’il Syah (1500-1530). Beliaulah peletak dasar kerajaan
Melayu Islam Patani. Sejak kemunculan Kerajaan Islam Patani ini selalu saja
terjadi perjuangan untuk melepaskan diri dari pengaruh Siam. Sultan Midzaffar
Syah (1530-1564) pernah berupaya dua kali untuk menyerang dan menundukkkan kota
Ayuthia ibu kota kerajaan Siam tapi gagal.
Islamisasi
di Patani, banyak dikaitkan dengan usaha kerajaan Islam Samudra Pasai pada abad
ke- 12 dan 13 M yang telah begitu aktif melaksanakan dakwah Islam di kawasan
ini. Raja Patani yang pertama masuk Islam menggati namanya dengan Sultan Ismail
Zilullah Fil Alam atau lebih dikenal dengan Sultan Isma’il Syah.
Proses
Islamisasi di Patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap
awal pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak informal antara mubaligh
dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan
non formal dan terakhir pendidikan formal.
Pada
tahap awal pendidikan agama Islam di kawasan Thailand Selatan dilaksanakan
pendidikan al-Qur’an. Pengajian al-Qur’an adalah sesuatu yang mesti dipelajari
oleh setiap muslim. Pengajian al-Qur’an ini dilaksanakan di Masjid dan di
rumah-rumah Tok guru yang dijadikan tempat pengajian al-Qur’an. Selanjutnya
muncullah pendidikan Pondok. Pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan yang
amat penting di Thailand Selatan.
Alumnus
pondok memiliki posisi yang sangat penting dan memiliki peranan yang strategis
di tengah-tengah masyarakat, mereka pemimpin masyarakat khususnya dalam bidang
keagamaan menjadi imam, khotib bilal, menjadi ahli jawatan mesjid, paling tidak
menjadi to’lebai.
Pendidikan
formal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada masa raja Chalalongkarn
atauRama V pada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat.
Melihat itu pada tahun 1921 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas satu sampai kelas empat.
Kendatipun undang-undang tersebut dikeluarkan, namum masyarakat Islam di
kawasan Thailand selatan (khusus di empat wilayah: Patani, Yala, Narathiwat dan
Satun) tidak menyambut dengan baik pemberlakuan undang-undang tersebut.
Terbukti statistik tahun 1960 tamat Sekolah Dasar kelas satu sampai kelas empat
di wilayah tersebut hanya 13,67% masyarakat masih terkait erat dengan
pendidikan pondok.
Kebijakan
pemerintah Thailand berikutnya pada tahun 1966, adalah mewajibkan seluruh
institusi pondok untuk mendaftarkan diri ke pemerintah dibawah Akta rongrian
Rat Son Sasna Islam (Sekolah swasta Mengajar agama Islam). Sejak itu mulai
perubahan pendidikan pondok di Selatan Thailand. Perubahan itu memunculkan
timbulnya madrasah-madrasah yang memiliki ciri:
a. Madrasah adalah lembaga pendidikan gabungan
antara pendidikan agama dan akademik. Guru-guru pendidikan akademik disediakan
oleh pemerintah. Pemerintah memberi bantuan terhadap sekolah-sekolah agama yang
telah melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
b. Pada akhir tahun 1970-an sekolah-sekolah agama
yang telah memiliki dua aliran ini (agama dan akademik) mendapat sambutan dari
masyarakat. Banyak pelajar-pelajar dikirim untuk menuntut ilmu pengetahuan ke
instusi tersebut. Dengan demikian peranan pondok semakin mengecil.
c. Pada tahun 1981 ada sejumlah 199 sekolah agama,
122 diantaranya yang melaksanakan pendidikan dan akademik (umum).
Sama halnya
dengan apa yang terjadi diberbagai negara tetangga Thailand lainnya seperti
Indonesia dan Malaysia, maka di Thailand sistem pendidikan Pondok mengalami
dinamika dan perubahan. Perubahan (Modernisasi) itu terjadi disebabkan berbagai
Faktor antara lain masuknya ide-ide pembaharuan kesistem Islam di Thailand,
khususnya Patani, setelah perang dunia kedua timbul dinamika perubahan
tersebut. Sistem pendidikan yang tidak tersetruktural tersebut berubah kepada
sistem pengajaran yang tersetruktur. Dengan beberapa kebijaksanaan dan tekanan
imperialis Thai terhadap masyarakat melayu Patani mengakibatkan para
cendikiawan dan beberapa ahli, berfikir keras untuk mempertahankan dan
meningkatkan tarap kehidupan beragama di kalangan masyarakat Islam di Patani.
Pada tahun 1933 Haji Sulong mendirikan sekolah modren pertama di Patani
sebagaimana ditulis oleh Chalermkiat Khuntongpech.bahwa : Projek pembangunan
sekolah Agama pertama di Patani mulai dibangun pada penghujung tahun 1933
dengan jumlah dana 7200 Bath.yang disumbangkan oleh umat Muslim yang berada
dikampung anak -Ru dan sekitarnya dengan diberi nama sekolahnya Madrasah
Al- Ma ’arif Al - Wathaniyah Fathani. Oleh karena itu maka lembaga pendidikan Pondok
secara bertahap berubah menjadi sekolah swasta Islam (madrasah) dan terdaftar
secara resmi di pemerintah. Sejak tahun 1961 (1961 / 2504 BE) sampai tahun 1971
(1971 /2514 BE) lebih dari empat ratus pondok yang telah menerima program
pendaftaran tersebut.
Dinamika
Pondok ini terjadi di Patani terutama setelah pemerintah ikut serta untuk
melaksanakan perubahan di Pondok, diantaranya adanya usaha memasukkkan mata
pelajaran umum. Usaha itu pada mulanya mendapat tantangan dari kaum ulama,
tetapi karena usaha yang serius dari pemerintah maka usaha tersebut berhasil.
Pondok
adalah lembaga pendidikan yang berdiri sebagai pengembangan dari
lembagapendidikan Istana dan Mesjid. Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di
Patani dan diantara pondok-pondok tertua itu adalah pondok Dala, Bermin,
Semela, Dual, Kota, Gersih, Telok Manok, yang mempunyai pengaruh besar, bagi
pertumbuhan pendidikan Islam didaerah ini, oleh karena pondok-pondok ini banyak
didatangi pelajar-pelajar dari luar Patani Karena itu pondok-pondok ini banyak
sekali pengaruhnya bagi perkembangan bahasa Melayu, pengaruhnya juga sampai ke
Brunai dan Kamboja.
Hasan
Madmarn, menjelaskan dalam bukunya “The Pondok and Madrasah in Patani” bahwa
Chana sebuah kota di Provinsi Songkla ditahun 1930-an sampai tahun 1950 -an,
adalah sebuah kota yang amat populer bagi masyarakat muslim, karena dikota ini
ditemukan lembaga pendidikan Islam tradisional, disebut namanya dengan pondok
dan diajar oleh tok guru. Tempat ini sangat menarik generasi muda Islam dari
berbagai daerah seperti Naharu, Si Thammaraj, Trang, Krabi, Panganga Surat Thani,
Phuket, Patthalung, Chaiya dan Songkla juga dari empat provinsi di Thailand
Selatan. Pada tahun 1955 di daerah tersebut terdapat sejumlah pondok yang
tersebar disekitar Chana.
Diantara
sekian banyak pondok yang tersebar di daerah Chana tersebut ada empat buah yang
paling terkenal sekitar tahun 1955. Pondok-pondok tersebut adalah :
a. Pondok Tok Guru Haji Nor: dikenal dengan
sebutan ayah Nor (Muhammad Nur)
b. Pondok Tok Guru Haji Leh (Haji Salih)
c. Pondok Tok Guru Haji Somad (Haji Abd al Samad )
d. Pondok Tok Guru Ghani dikenal sebagai Pondok
Padang Langa.i6
Pondok
Tok Guru Haji Nor berlokasi dibagian Selatan Kota, Pondok Tok Guru Haji Leh dan
Pondok Tok Guru Haji Somad berlokasi di Timur dan Barat kota Chana, sedangkan
Pondok Tok guru Ghani berlokasi disebelah Selatan kota dikenal di Padang Langa.
Hasan
Madmarn, mengemukakan pengalamannya sebagai seorang santri ketika beliau
menuntut ilmu di Pondok padang Langa. Hasan madmarn pernah menuntut ilmu
diPondok padang langa di bawah asuhan Tok Guru Ghani. Tok Guru Ghani nama
lengkapnnya.Tok Guru Abdul Ghani Fikri, Wafat tanggal 28 November 1982.
Faktor
lain yang membuat pondok padang langa termasyhur adalah ketika pondok ini
mengadopsi sistem madrasah seperti yang ditemukan di negeri-negeri Arab, maka
pada tahun 1955, Pondok Padang Langa melakukan pembaharuan (Memodernisasikan)
sistem Peandidikannya menjadi madrasah yang diberi nama “Madrasah
al-Ftah al Balagh al Mubin
“pondok Padang Langa ini masih tetap eksis sampai sekarang.
Materi
pelajaran yang diutamakan dipondok adalah berdasarkan pada pembacaan dan pemahaman
kitab-kitab klasik, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu tulisan Jawi.
Ciri khas dari pengajaran pondok itu adalah “No syistem of education non fixed syilabus, Each proffesor (tok guru) is having his own
method of teching and syllabu .”
Diantara
kitab-kitab yang di pelajari di pondok adalah :
1. Kitab Syadh al ‘Uraffi Fann al Sarf by Ahmad al Hamlawi (1932)
2.
Sharh
Ibn ‘Aqil ‘Ala”al Alfiyah by Ibn Malik (1274).
3.
Hashiyah
‘ala’ Sharh alFakihi li Qatr al Nada’by Yasin Ibn Zayn al Din.
4. Taswiq
al Khullan ‘ala’ Sharh al Ajurumiyah by Sayyid Ahmad Zayni Dahlan (1816 or 71886).
5.
al
Suja’I ‘ala ’ Qatr by ibn al Hisam.
6. Matn al Ajurrummiyah by Abu Abd Allah Muhammmad Ibn
Dawud al Sinhaji know as Ibn Ajurrum (1273 or 4 -1323 ).
7. Matn al
Bina wa al Assas by
“Allamah Mulla ‘Abd Allah al Danaqzi.
Fiqh (Islamic Jurisprudence).
1. Qalyubi
wa Umayrah by
Shihab al Din al Qalyubi and Syaykh ‘Umayrah.
2. Fath al
Wahhab bi Sharh Manhaj al Tullab by Shaykh al Islam Abi Yahya Zakaria al
Ansari.(1413 -1520 ).
3. Mughni
al Muhtaj ila Ma’rifat Alfaaz al Manhaj of al Shaykh Muhammad al Shirbini al Khatib
(1570)
4. al
Hashiyah of al
Shaykh ‘Abd Allah Ibn Hijazi Ibn Ibrahim al Shafi’i al azhari al Shahir bi al
Sharqawi (1737 or 81812).
5. Hasyiyah
al Bayyumi ‘ala’ al Manhaj by
Sulaiman Ibn Umar bin muhammad al Bujayri al Shafi’i.
6. al
Ashbah wa al Naza ’ir fi Qawa’id wa furu’ Figh al Shafi ’i by al Imam Jalal al Din Abd al Rahman Ibn Ab
bakr al Suyuti (1445 -1505).
7.
al
Hashiyah ‘ala ‘Sharh Umm al Barahin by Muhammad Ibn al Dasuqi.
8. al Iqna
‘fi Hall alfaz abi Shuja by
Shaykh Muhammad Shirbini al Khatib (1570).
Tafsir (Quran Commentary)
1.
alFutuhat alIlahiyah by Sulaiman Ibn Umar al Ujayli al Syafi’i al
sharir bi al Jamal.
2.
Tafsir al Jalalain by Jalal ad din abd Rahman Ibn Umar al Ujayli
al Suyuti and jalal al Din muhammad Ibn ahmad al Mahalli (1389 - 1459).
Hadist. (Prohetic Tradition)
1. al Adhkar
muntakhaba min Kalam sayyid al abrar al Imam Muhyi al Din abi zakariya Yahya Ibn
Sharaf zl Nawawi al Dimishqi al Shafi’i.
2. Riyad al
Salihin min Kalam sayyid al mursalim by al Imam al Muhaddith al Hafiz al Muhyi al
Din abiu Zakariya Yahya Ibn Sharaf al Nawawi (1233- 1277).
3. Subul al
Salam by al
Imam Muhammad Ibn Ismail al Kahlan.
4. Bulugh
al Muram by al
Hafiz Shihab al Dim Abi al Fald Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hajar al „Asqalani.(1372
-1449 ).
5.
Jawahir
al Bukhari wa Sharh al Qastallani by Mustafa Muhammad Imarah.
6. Matn al
Bukhari by Abu
Abd Allah Ibn Ismail al bukhari (810- 870 ).
7. Sunan
Abi Dawud by al
Imam Abi Dawud Sulayman (817 or 8 -889 ).
Balaghah
(Retoric)
Al Jawahir al Maknun fi al Ma’ani wa al Bayan
wa al Badi by Shaykh Ahmad Damhuri.
Materi
pelajaran di pondok ini dengan mempergunakan berbagai kitab diantaranya :
a. AlMuatta’ karya Imam Malik Bin Anas (wafat tahun 795M).
b. Sahih al
Bukhari karya
Abu Abd Allah ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Bardizbah al Jufi al Bukhori (Wafat
256 H).
c. Bulugh
alMaram (fiqih
) karya al Hafiz Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani (773 -852 H)
d. Tafsir
Jalalayn the
Qur’an Commentary, Jalal al Din Muhammad ibn Ahmad al Muhalli (1389 -1459 M).
e. AlIqna’
fi Hall AlfazAbi Syuja oleh
Syaikh Muhammad Shirbini (Wafat tahun 1570 M).
f. Kitab Shadha al “Uzaf fi fanu al sarf (marphology) oleh Syaikh Ahmad al Hamlawi.
g. Matn al
Bina wa al Asas
(marphology) oleh Allamat Mulla Abd Allah al Dangzi.
h. Matn al
Jurumiyah
(grammar) oleh Abu Abd Allah Muhammadibn Daud al Sinhaji dikenal dengan nama
ibn Ajurrum.
i. Tashwiq
al khulllam “al sharh al Ajurmiya (grammer) karya Sayyyid Ahmad Zayn Dahlan
(1886).
j. Kitab
Jawahir
al Maknun (retoric)oleh Syaikh
Makluf al Munjawi.
k. .Al alfiyah li ibn Malik (gramer) oleh Jamal al Din Muhammad ibn Abd Allah
ibn Malik (1274)
Di
Patani para pelajar Pondok disebut dengan panggilan Tok Pake yang berasal dari bahasa arab yang berarti
orang yang sangat berhajat pada ilmu pengetahuan dan bimbingan agama. Tok guru
adalah seorang ahli dalam ilmu agama, wara’, tawaddu’.biasanya sudah haji dan pernah tinggal di
Mekkah atau negeri Timur Tengah lainnya. Ada
tiga unsur pendidkan Pondok di Patani, yaitu unsur pendidikan Ibadah yaitu
menanamkan keteguhan Iman. Tabligh yaitu menyebarkan ilmu, ketiga Amal untuk
mewujudkan ajaran Islam dikalangan masyarakat.
Perubahan
Pondok ke sistem pendidikan sekolah Islam swasta (madrasah) dengan menganut
sistem persekolahan (Madrasah) di Thailand ini, membawa perubahan yang luar
biasa bagi masyarakat Islam. Para lulusan sekolah Islam swasta (madrasah) itu
dapat memilih kemana mereka ingin melanjutkan pelajarannya sesuai dengan minat
dan perhatiannya. Apabila dia berminat dalam bidang Sains, maka dia dapat
melanjutkan studi dalam bidang tersebut, begitu juga apabila dia lebih terkonsentrasi
dalam bidang agama dan bahasa Arab, juga dapat direalisasikannya untuk
melanjutkan studi kebidang tersebut. Banyak diantara lulusan sekolah Islam
swasta ini yang melanjutkan studi ke College of Islamic studies, Prince of
Songkla
University
dan dari situ banyak pula yang melanjutkan studinya ke Islamic International
University Malaysia, Universitas kebangsaan Universitas Malaya, Universitas
Karachi di Pakistan Aligarh muslim University di India dan School of Islamic
and Social Seciences di Virginia USA.
Dua hal
yang menyebabkan terjadinya dinamika pembaharuan (modernisasi) dikalangan
Pondok di Thailand Selatan. Pertama tuntutan kemajuan dan perubahan zaman.
Kedua keikut sertaan Pemerintah Thailand untuk memasukkan mata pelajaran umum
ke Pondok.
Pondok-pondok
yang telah berubah ini disebut dengan madrasah adapun yang menjadi perubahan
dan pembaharuan modernisasi dalam pondok ini adalah Sistemnya, Kurikulum serta
manajemennya. Sebagaimana yang telah penulis uraikan tentang ciri-ciri pondok
maka pada Madrasah terdapat beberapa ciri antara lain :
a. Sistemnya klasikal, sistem madrasah ini
berdasarkan kelas-kelas dan mempunyai jenjang pendidikan sesuai dengan
tingkatan yang ditetapkan.
b. Mempunyai kurikulum, silabus yang telah
ditetapkan pokok- pokok bahasannya serta jadwal pelajaran.
c. Diajar oleh tenaga pengajar yang memiliki
spesialisasi dalam bidang mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah tersebut.
d. Diajarkan dua jenis ilmu pengetahuan,
pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Pada pagi hari jam 08.00-12.00. diajarkan
ilmu-ilmu agama, dan sore hari pukul 13.00 - 16.00
Pelajaran umum (ada juga yang mencampur antara agama dan pengetahuan
umum).
e. Disamping tenaga pengajar, madrasah juga
memerlukan tenaga administrasi yang akan menjalankan administrasi pembelajaran,
diantara meraka diadakan pembahagian kerja ada bahagian akademik, ada keuangan
dan lain sebagainya.
f. Sistem manajeman tidak lagi terkonsentrasi pada
satu orang sebagaimana di pondok terkonsentrasi kepada tok
guru. Di
madrasah sistem itu telah berubah kepada adanya pembahagian tangggung jawab (sharing
Patner) antara
pimpinan madrasah dan ciri kepemimpinnan yang seperti ini menjadikan lembaga
pendidikan madrasah tersebut tidak lagi tertutup, tetapi lebih terbuka dan
dapat memerima ide baru dan pemikiran baru yang datang dari luar.
g. Karena mata pelajaran di madrasah diajarkan
dengan bervariasi, adanya mata pelajaran agama dan umum, maka madrasah
memerlukan pula beraneka ragam fasilitas pendidikan dan pengajaran, misalnya
labolatorium bahasa, labolatorium komputer, labolatorium sains dan alat-alat
olah raga.
Sebagaimana
telah di uraikan diatas bahwa sistem pendidikan di madrasah ini mamakai sistem
klasikal, yakni ada tingkatan-tingkatan dan jenjang-jenjangnya, baik jenjang
itu berdasarkan kelas maupun jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi
madrasah di Thailand dapat dibagi kepada tiga tingkatan: Ibtidaiyah,
mutawasithah, tsanawiyah.
Diantara
sekian banyak lembaga pendidikan Islam di Thailand Selatan ini penulis
mengambil contoh yang melaksanakan model madrasah adalah : Madrasah Muhammadiyah (Srifaridabaru Witya
School, Raman-Yala).
Lembaga
pendidikan ini berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Yala. Lembaga pendidikan
ini dulunya adalah lembaga pendidikan pondok tradisional. Kemudian sesuai
dengan tuntunan kemajuan zaman dan berbagai faktor yang telah disebutkan
terdahulu, maka lembaga pendidikan ini berubah menjadi sistem Madrasah,
dilembaga ini diajarkan ilmu agama dan umum, pada pagi hari ilmu-ilmu
pengetahuan agama dan pada sore hari ilmu pengatahuan umum. Lulusan dari
madrasah ini dapat melanjutkan studinya keperguruan tinggi umum dan perguruan
tinggi agama.
Buku-buku
pengetahuan umum diambil dari buku-buku yang diterapkan oleh pemerintah dalam
hal ini oleh Departemen Pendidikan. Sedangkan buku-buku pelajaran agamanya
dibuat sendiri oleh Ma’had Sekolah. Mata pelajaran terdiri dari: Qur’an, Aqidah
Syariah, Bahasa Melayu, Pengajian Islam, Bahasa Arab, Tauhid, Fiqih, Hadist,
Tafsir, Tarikh, Qawaid. Mata pelajaran Umum berpedoman pada kurikulum yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Mata pelajarannya terdiri Bahasa Inggris, Bahasa
Thailand, Matematika, sains, kegiatan keorganisasian dan kegiatan
kemasyarakatan.
Lembaga
pendidikan Madrasah, yang menggabungkan antara pelajaran agama dan pelajaran
umum adalah madrasah rahmaniyyah. Madrasah ini juga pada mulanya adalah lembaga
pendidikan pondok yang berubah menjadi sistem Madrasah. Dari segi sistemnya
tidak jauh berbeda dengan Ma’had Attarbiyah. Dilembaga ini juga pengaturan sesi
pelajaran agamanya pada pagi hari dan pelajaran umumnya pada sore hari.
Kurikulum pelajaran umumnya diambil dari kurikulum pemerintah.Tingkat
pendidikan yang dilaksanakan disini adalah :
a. Taman kanak- kanak (Anuban) belajar selama tiga
tahun.
b. Ibtidaiyyah belajar selama empat tahun.
c. Mutawassithah belajar selama tiga tahun.
d. Tsanawiyah belajar selama tiga tahun.
Setelah
para pelajar tammat dari Tsanawiyah maka mereka diperbolehkan melanjutkan
studinya keperguruan tinggi agama dan perguruan tinggi umum.
Pondok
di Thailand selatan secara keseluruhan dapat dikatakan sama dengan pesantren di
Jawa atau tempat - tempat lain di Indonesia pada awalnya sebelum mengalami
modernisasi .
Dua hal
yang menyebabkan terjadinya pembaharuan (Modernisasi) dikalangan Pondok di
Thailand Selatan. Pertama tuntutan kemajuan dan perubahan zaman, Kedua keikut
sertaan pemerintah Thailand untuk memasukkan mata pelajaran umum ke Pondok.
Pendidikan
Islam di Thailand pada masa yang akan datang perlu perubahan yang lengkap baik
dari segi manajemen tenaga guru yang profesional, kesediaan media pembelajaran
serta perpustakaan yang lengkap dengan kemudahan internet dan buku-buku multi
bahasa. Nilai dan semangat persaudaraan dalam Islam perlu diserap agar semua
masyarakat Islam menuju ke arah yang lebih modern sesuai dengan landasan Islam.